Archive | Februari 2012

Tatung dalam CGM Singkawang 2012


Do not try it at home !

image
Mengiris lidah dengan pedang tajam

image
Dewi Kwan Im

image
Jelangkung raksasa

image
Amoi tatung

NB. Foto-foto di atas bukan karya asli penulis tetapi dikutip dari sumber/hasil karya pihak yang tidak diketahui identitasnya (anonymous).

Posted from WordPress for Android

Kenapa warna merah di Tahun Baru Imlek


Penduduk beretnis Tionghoa di seluruh dunia baru saja melewati perayaan Tahun Baru Imlek 2563 (春节/Festival Musim Semi) yang dikenal sebagai Tahun Naga Air. Lampion dan pernik-pernik Imlek menghiasi rumah-rumah penduduk etnis Tionghoa dan bangunan-bangunan pusat perdagangan. Di Singkawang sendiri jalanan utama berhamparan lampion-lampion merah yang dipasangi lampu di dalamnya sehingga terlihat sangat indah. Kantor-kantor pemerintah, hotel, bank dan pusat bisnis lainnya seolah tidak mau kalah dan turut meramaikan festival ini dengan menghiasi diri dengan pernik-pernik Imlek yang bernuansa merah. Seusai perayaan Capgomeh nanti pernik-pernik Imlek baru akan dilepaskan.

image

Replika naga merah di Pondok Indah Mall 2

Mungkin ada yang tidak menyadari kenapa warna merah begitu mendominasi pernik Imlek. Demikian juga mungkin akan timbul suatu pertanyaan kenapa etnis Tionghoa cukup identik dengan warna merah ?

Naturalisme (pemikiran yang didominasi oleh sebab-akibat dan faktor-faktor alam) sangat mendominasi filsafat dan kebudayaan Tionghoa (中华). Leluhur dan filsuf yang sangat berjasa bagi kemajuan kebudayaan Tionghoa antara lain Huang Di (nenek moyang bangsa Tiongkok), Fu Xi (penemu trigram), Shen Nong (peletak dasar pertanian dan herbalis), Lao Zi (mahaguru Taoisme) dan Kong Fu Zi atau Konfusius (mahaguru Konfusianisme). Bangsa Tiongkok kuno percaya bahwa kejadian-kejadian alam sangat mempengaruhi nasib manusia, dengan demikian manusia dalam perjalanan hidupnya harus selaras, seimbang dan serasi dengan alam agar selamat sentosa. Alam yang teratur dan baik ini adalah buah dari keseimbangan Yin (negatif, gelap, wanita, lembut, pasif) dan Yang (positif, terang, pria, keras, aktif). Yin Yang yang tidak seimbang berefek buruk bagi alam. Sedang dalam tubuh manusia bila yin yang tidak seimbang bisa berakibat sakit, semakin tidak seimbang yin yang maka semakin parah sakitnya. Dalam kedokteran modern, ada istilah pH (kadar keasaman) tubuh, yang normal/sehat adalah berkadar 7 (tidak asam juga tidak basa) atau seimbang.

Manusia yang masih hidup/sehat akan dialiri darah merah yang teratur dan terus menerus dalam tubuhnya dengan wajah sedikit kemerahan. Namun bila sedang tidak dalam kondisi sehat (apalagi sudah menjadi mayat), wajah seseorang akan menjadi pucat (putih seolah tanpa darah). Dengan demikian merah adalah pertanda baik (sehat), sedang putih adalah pertanda tidak baik (sakit). Pesta pernikahan selalu memakai baju/kain warna merah sedangkan bila sedang dalam suasana perkabungan memakai baju/kain serba putih. Bila kita melihat petunjuk harga saham yang naik di bursa China bukannya memakai segitiga warna hijau, tetapi warna merah. Merah adalah pertanda baik bagi orang Tionghoa. Seseorang yang sedang naik daun atau lagi berjaya disebut hong sing atau dalam dialek Hakka : fung sen (红星), terjemahan harfiahnya ke dalam Bahasa Indonesia adalah “bintang merah”, namun terjemahan lebih tepatnya adalah bintang sedang terang. Kembali kita melihat merah itu identik baik bagi orang Tionghoa.

Saat hari pertama perayaan Tahun Baru Imlek, orang Tionghoa biasanya memakai baju warna merah. Ini tidak terlepas dari legenda masa kuno. Dikisahkan pada saat pergantian ke musim semi, ada satu makhluk yang disebut nian (年)suka memangsa manusia. Tiap tahun selalu ada korban hilang disebabkan kedatangan makhluk ini. Seorang utusan dari Langit ingin menyelamatkan penduduk tersebut dari amukan nian, dia mengetahui apa kelemahan makhluk ini maka sang penyelemat inipun menganjurkan setiap penduduk pada saat tersebut harus mengenakan kain/baju merah. Rupanya benar apa yang dianjurkan orang tersebut, nian itu takut dengan warna merah sehingga tidak berani datang untuk mencari korban lagi. Setiap tahun penduduk tersebut ingat akan hal ini dan tidak pernah ada lagi korban manusia hilang oleh ulah nian yang jahat sejak mengenakan baju/kain merah. Akhirnya telah menjadi tradisi turun-temurun sampai kini untuk memakai baju merah di hari pertama perayaan Tahun Baru Imlek.

Semoga kita semua beroleh selamat sentosa dan damai sejahtera.

Posted from WordPress for Android