Ekonomi Dunia dan Singkawang

image

Triwulan terakhir 2011 merupakan periode yang kurang bersahabat bagi ekonomi dunia, termasuk Indonesia dan khususnya bagi Singkawang dan sekitarnya. Saat itu isu krisis utang beberapa negara Eropa mencuat ke permukaan dan menjadi isu ekonomi paling hangat di dunia. Banyak ekonom memperkirakan akan terjadi kelesuan ekonomi bahkan resesi karena adanya penghematan besar-besaran di sejumlah negara Eropa yang mengalami krisis, mulai menurunnya pertumbuhan ekonomi China karena adanya kebijakan pengetatan likuiditas untuk mengontrol inflasi yang diperkirakan akan menurunkan permintaan sejumlah komoditas utama. Namun berita baiknya adalah secara perlahan ekonomi Amerika Serikat menunjukkan banyak perbaikan (recovery on the track) yang ditandai antara lain angka pengangguran yang makin menurun (konsisten di bawah 9%) dan angka klaim pengangguran (jobless claim) bulanan rata-rata yang makin menurun (di bawah ambang batas psikologis 400.000). Namun data-data ini seolah seperti obat yang tidak manjur untuk mengatasi anxiety (kekuatiran) pasar. Yield obligasi sejumlah negara yang sedang bermasalah (Yunani, Italia, Spanyol) melambung sangat tinggi, bahkan mencetak rekor tertinggi, sehingga beban keuangan negara tersebut sangat tinggi dan bisa mengganggu rencana pemangkasan anggaran/penghematan. Dampak dari isu krisis utang Eropa ini adalah turunnya sejumlah komoditas pertambangan dan perkebunan. Singkawang yang cukup mengandalkan bidang perkebunan ini pun turut merasakan dampaknya. Harga karet alam, biji cokelat, kopra dan kelapa sawit turun signifikan saat itu dan berujung daya beli petani melemah. Akhirnya menurunkan omset perdagangan para pedagang (multifly effect).

image

Bersyukur krisis utang Eropa telah menunjukkan perbaikan setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengucurkan likuiditas tinggi dengan bunga sangat murah dan sinergi beberapa lembaga keuangan dunia lainnya (IMF) serta peran Jerman dan Perancis sebagai negara dengan ekonomi paling sehat di Eropa (utang sangat rendah, pertumbuhan ekonomi konsisten positif). Harga komoditas perkebunan pun mulai merangkak naik. Kopra sudah di kisaran (Rp 4.800-Rp 5.300, sebelumnya anjlok di harga Rp 3.500-Rp 4.000), biji cokelat, karet alam dan kelapa sawit pun sudah menunjukkan trend kenaikan harga. Semoga pada triwulan kedua 2012 ekonomi Singkawang kembali bergairah karena pulihnya daya beli petani dengan kembali meningkatnya harga komoditas perkebunan.

Sumber : CNBC, Bloomberg

Tinggalkan komentar

Tinggalkan komentar